Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M IAIN Tulungagung
Pacu Kualitas Publikasi Ilmiah
Usaha IAIN Tulungagung untuk meningkatkan kualitas publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal terus dilakukan. Sabtu-Minggu (6 s/d. 7 Mei 2017), Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M IAIN Tulungagung kembali menghelat diklat penulisan jurnal terakreditasi nasional dan bereputasi internasional. Acara yang digelar di hall Victoria Crown Hotel lantai 2 itu, diikuti oleh 50 orang peserta, baik dari internal maupun dari utusan beberapa perguruan tinggi lain.
Hadir dalam acara tersebut Rektor IAIN Tulungagung, Dr. Maftukhin, M.Ag., dan Ketua LP2M IAIN Tulungagung, Dr. Mashudi, M.Pd.I. Dalam sambutannya, rektor sangat apresiatif atas terselenggaranya acara tersebut. Menurutnya, publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal adalah salah satu jantung dari sebuah perguruan tinggi. Tanpa itu, lanjutnya, perguruan tinggi tak akan memiliki gaung. Rektor juga menegaskan bahwa pentingnya publikasi ilmiah sudah diatur dalam Permenristekdikti No. 20 tahun 2017.
Senada dengan hal di atas, ketua LP2M juga mengatakan bahwa lembaganya akan terus mendorong agar jurnal-jurnal yang belum terakreditasi di lingkup IAIN Tulungagung bisa segera mengajukan akreditasi sebagai wujud komitmen kepada pengembangan kualitas keilmuan dan publikasi ilmiah.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi materi pertama yang diisi oleh Dr. Mahrus, selaku Kasi Publikasi Kemenag. Dalam acara itu ia menyampaikan tentang beberapa problem yang dihadapi dalam tulisan ilmiah, di antaranya: plagiarisme, referensi, interkoneksi, orisinalitas, dan relevansi.
Lebih lanjut ia menyebutkan tentang arah kebijakan publikasi ilmiah yang mencakup: (1) peningkatan mutu jurnal akreditasi nasional dan internasional bereputasi, (2) peningkatan kualitas publikasi ilmiah melaluiacademic writing skill, (3) penghargaan kepemilikan Hak Kekayaan Intelektual dan Hak Paten, (4) penguatan dan peningkatan Moraref, dan (5) penetapan tim reviewer nasional.
Adapun kebijakan peningkatan publikasi ilmiah mencakup: (1) langganan elektronik jurnal dan buku, (2) jurnal istiqra menjadi bacaan literatur review terbaru, (3) skill academic writing untuk jurnal internasional, (4) Moraref harus up to date, dan (5) jurnal-jurnal PTKI harus update sesuai Moraref.
Menurut Mahrus yang juga seorang filolog itu, jurnal ilmiah sekarang ini harus berpacu dengan kebutuhan yang terus berubah. Justru karena itulah penguatan pengelolaan harus terus dilakukan. Dengan demikian jurnal, khususnya di PTKI, akan semakin diperhitungkan.
Di hari kedua, materi diisi dengan manajemen Open Journal Systems (OJS) yang disampaikan oleh Saptoni, M.A. Dalam acara tersebut ia menyampaikan banyak hal tentang bagaimana mengelola bussines process OJS terutama bagi jurnal yang bakal mengajukan akreditasi. Menurut pengelola jurnal Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studiesitu, pengelola jurnal harus paham betul bagaimana mengoperasikan OJS. Sebab menurutnya, tidak mungkin pengelola jurnal hanya berpangku tangan kepada ahli IT kampus yang kadang tugasnya begitu banyak. Jadi seorang pengelola jurnal, lanjutnya, harus bersedia belajar mengoperasikan OJS, apalagi jika ia adalah editor in-chief.
Ia juga membagikan tips bagaimana mengatasi masalah Digital Object Identifier (DOI) eror kepada peserta diklat yang pada saat itu juga ada yang mengalami kendala pada DOI jurnalnya. Dan di akhir sesi, ia membuatkan platform OJS khusus buat training para peserta yang belum begitu akrab dengan dunia OJS. (naim/saiful)