Artikel
|
Artikel
|
Tulungagung – Sebagai wujud perhatian dan keinginan untuk berpartisipasi dalam pengembangan pesantren sekaligus bisa membedah keilmuan pesantren, hari ini (30/10) IAIN Tulungagung me-launching Pusat Studi Pesantren (PSP). Launching yang digelar di Aula Utama IAIN Tulungagung tersebut dihadiri oleh segenap pesantren yang ada di Kabupaten Tulungagung, pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) dari kabupaten se-Karesidenan Kediri, perwakilan dari Kementerian Agama Kabupaten Tulungagung, dan beberapa elemen masyarakat yang lain. Launching PSP ditandai dengan pemukulan gong oleh Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin.
PSP adalah sebuah pusat kajian di lingkungan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIn Tulungagung yang dibentuk sebagai sebuah wadah untuk pengkajian dan pengembangan pesantren berbasis riset dan pengabdian masyarakat bagi dosen dan mahasiswa. Peresmian pusat studi ini bertepatan dengan momentum Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2017 yang diperingatai setiap tanggal 22 Oktober.
Tulungagung – Untuk memperingati keluarnya resolusi jihad pada masa perang kemerdekaan Indonesia yang kemudian dikenal dengan hari santri, pagi ini (20/10/2017) IAIN Tulungagung kembali menggelar upacara bendera memperingati Hari Santri Nasional.
Upacara yang diikuti oleh segenap mahasiswa serta sivitas akademika IAIN Tulungagung ini diisi dengan pengibaran bendera sang saka merah putih yang diiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, pembacaan teks Pancasila, Pembukaan UUD 1945, Resolusi Jihad dan juga Ikrar Santri Indonesia yang kemudian diakhiri dengan do’a.
Selaku Inspektur Upacara, Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin dalam amanatnya menyampaikan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran para santri pada masa perang kemerdekaan. Dengan munculnya Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh para kyai pada 22 Oktober 1945, maka para santri pun melakukan perlawanan secara fisik terhadap penjajah Belanda yang hendak kembali melakukan agresi militer bersama sekutunya melalui kota Surabaya. Tak sedikit mereka yang akhirnya syahid dalam pertempuran tersebut. Akhirnya peperangan pun mencapai puncaknya pada 10 November 1945 yang memaksa tentara sekutu mundur.