Senin, 14 September 2015 15:37
Print

(Tulungagung) Pemunculan istilah Islam Nusantara yang diklaim sebagai ciri khas Islam di Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai toleransi dan bertolak belakang dengan 'Islam Arab' telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Islam di Indonesia. Walaupun dianggap bukan istilah baru, Islam Nusantara menyedot perhatian ketika diangkat sebagai tema besar Muktamar NU ke-33 di Jombang beberapa waktu yang lalu.

Sebagai bentuk kepedulian atas pro dan kontra tersebut, Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Tulungagung memandang perlu untuk membedah apa yang sebenarnya menjadi substansi Islam Nusantara itu. Dalam rangka membedah “Islam Nusantara” ini, Senin, 14 September 2015, FUAD IAIN Tulungagung menyelenggarakan menyelenggarakan Studium General dengan tema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Islam Berkemajuan” dengan menghadirkan narasumber Prof. Muhamad Ali, Ph.D., Associate Professor University of California.

Wakil Rektor I IAIN Tulungagung, Prof. Dr. Imam Fu’adi, M.Ag., dalam sambutannya pada pembukaan studium general tersebut menyampaikan, bahwa memang istilah Islam Nusantara dan Islam berkemajuan tersebut muncul dan semakin populer menjelang dan saat dilaksanakannya Muktamar NU yang juga berbarengan dengan Muktamar Muhammadiyah. Bukan berarti ini sesuatu yang latah, namun rasanya memang perlu mahasiswa IAIN Tulungagung terutama mahasiswa FUAD untuk tahu dan mengerti tentang wawasan dan perkembangan wacana keislaman terkini.

“Maka dari itulah, dengan menghadirkan Prof. Muhamad Ali, Ph.D. ini kita bisa berdiskusi panjang mengenai apa sebenarnya Islam Nusantara, dan apa sebenarnya Islam Berkemajuan sebagaimana tema yang kita angkat hari ini.”, kata Prof. Dr. Imam Fu’adi, M.Ag..

Sementara itu, dalam ceramahnya, Prof. Muhamad Ali, Ph.D. di hadapan puluhan mahasiswa FUAD dan juga dosen menyimpulkan bahwa Islam Nusantara terlepas dari kontroversial yang mengikutinya, adalah bagian integral dari Islam Universal yang memiliki kekhasan-kekhasannya di Indonesia. Islam yang bukan di pinggiran lagi tapi Islam yang sudah menjadi pusat. Islam yang berproses (tadriji, menjadi Islam, bukan memiliki Islam. Islam yang mempertikularkan universalitas, Islam yang mengkontekstualisasi teks. Selain itu juga diulas bagaimana Islam Berkemajuan dan Islam Nusantara yang sebenarnya berbeda cara pandang dan penekanan tapi sama-sama lahir dan berkembang di Indonesia. (humas)