Sabtu, 03 Februari 2024 10:47
Print
Semarang --- Jamuan makan malam (gala dinner) dalam rangkaian acara Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23 tahun 2024 diselenggarakan dengan meriah di Gedung Gradhika Bhakti Praja Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang, Jumat (2/2/2024) malam. 
 
Plt Rektor UIN Walisongo Prof Nizar Ali, menyampaikan terima kasih dan kebanggaannya atas kehadiran para tamu di acara tersebut.
 
Dalam sambutannya, Nizar mengungkapkan bahwa kehadiran para partisipan AICIS 2024 tidak hanya memberikan dampak positif bagi UIN Walisongo, tetapi juga bagi perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) pada umumnya.
 
 
“Ini membawa dampak yang besar selain kepada UIN Walisongo juga PTKIN pada umumnya,” jabar dia.
 
 
Dia optimis bahwa semangat yang tercipta dari acara tersebut akan mendorong penyelenggaraan AICIS pada 2025 dan masa mendatang menjadi lebih baik. Bahkan ditargetkan cakupannya tak sebatas di Asia Tenggara namun diperluas hingga ke wilayah Asia seperti Tibet dan India. Harapannya tokoh-tokoh agama dari berbagai negara dapat hadir dalam acara tersebut.
 
 
“Paling tidak AICIS ke depan itu jauh lebih baik, lebih meriah mungkin sudah diperluas ke wilayah Asia mungkin Tibet, India, tokoh-tokoh agama bisa hadir di AICIS ke depan,” ujar Nizar yang juga Sekjen Kemenag.
 
Acara gala dinner juga dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang diwakili oleh Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Provinsi Daerah Jawa Tengah, Ema Rachmawati. Ema menyampaikan ucapan selamat datang kepada para tamu yang hadir di Jawa Tengah.
 
Malam itu, para tamu disajikan dengan berbagai hidangan khas Jawa Tengah, mulai dari garang asem, ronde, hingga tahu gimbal. 
 
“Mudah-mudahan berkenan. Dan selamat menikmati makan malam yang telah disediakan oleh Gubernur Jawa Tengah,” tuturnya.
 
Ema juga mengajak para tamu untuk menikmati wisata ke beberapa situs bersejarah dan ikonik di Jawa Tengah, seperti Lawang Sewu, Kota Lama Semarang dengan bangunan-bangunan berarsitektur Belanda, Sam Poo Kong sebagai wujud moderasi beragama, Vihara Buddha, dan Gereja Blenduk. 
 
Tak lupa, tamu diingatkan untuk mencicipi kuliner khas Semarang seperti lunpia, wingko babat, dan soto sebelum meninggalkan kota ini.
 
“Belum ke Semarang kalau belum makan lunpia semarang. Kedua wingko babat dan soto,” pungkasnya. (*)