Tulungagung - Staf Ahli Menteri Agama RI, Mahmud Syaltout Syahidulhaq bersama profesor Wang Yonghui (Central China Normal University & Jiangxi University of Finance and Economics) mengisi kegiatan Coaching Pengembangan Kelembagaan dan Kerjasama Luar Negeri di Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung) pada Kamis (08/12/2013). Kegiatan coaching ini dilaksanakan di Aula Lantai 3 Gedung Rektorat UIN SATU Tulungagung.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan, Syaifudin Zuhri dalam sambutannya pada acara pembukaan menyampaikan, bahwa kegiatan ini menjadi starting point kerjasama UIN SATU Tulungagung dan
pemerintah China.
Sementara itu Staf Ahli Menag RI, Mahmud Syaltout menekankan pentingnya optimalisasi peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dalam pembangunan nasional. Salah satunya adalah dengan menggandeng mitra luar negeri.
Selain itu, masih menurut Mahmud Syaltout, banyak disiplin ilmu dan sumber daya manusia yang yang dikembangkan oleh PTKIN namun ternyata belum betul-betul dioptimalkan manfaat dan perannya, sementara di perguruan tinggi umum tidak cukup dikembangkan ilmu-ilmu yang serupa.
“Misalnya dalam ilmu semiotika. Menurut saya alumni dari PTKIN lebih punya keunggulan pada bidang ini,” kata Mahmud Syaltout.
Hal ini karena menurutnya, mahasiswa PTKIN dalam program studi tertentu banyak diajari ilmu mantiq yang cukup memiliki peran dalam mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Termasuk dalam hal pemahaman terhadap simbol-simbol dan logika. Oleh karena itu, menurutnya keunggulan ini perlu dimanfaatkan PTKIN termasuk UIN SATU Tulungagung ini untuk mengambil peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Tak hanya itu, Mahmud Syaltout juga sempat menyinggung pemikiran-pemikiran nyentrik dari salah satu guru besar UIN SATU Tulugagung yang sebelumnya menjabat sebagai Rektor UIN SATU Tulungagung, Maftukhin sepertinya juga perlu dijadikan dasar pemikiran dalam mengembangkan UIN SATU Tulungagung. Misalnya dalam bidang kesehatan non medis, seperti Thibbun Nabawi, Tasawuf Psikoterapi, dan sejenisnya.
Terkait dengan kerjasama dengan Tiongkok, Mahmud Syaltout menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW seolah sudah meramalkannya sejak seribu empat ratus tahun lalu tentang kemajuannya. Sehingga Nabi menganjurkan untuk menuntut ilmu walau sampai negeri Tiongkok. Maka dari itu, cukup layak bagi kampus-kampus di Indonesia termasuk UIN SATU Tulungagung untuk berupaya menjalin kerjasama dengan pihak-pihak dari Tiongkok. Apalagi mereka cukup terbuka untuk orang-orang dari Indonesia guna belajar di sana, termasuk juga dengan menyediakan beasiswa.
“Selain itu, di Tiongkok banyak sekali memiliki hasil penelitian dan risetnya,” kata Mahmud Syaltout.
Sementara itu, Wang Yonghui dari Central China Normal University dalam presentasinya menyampaikan perihal kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Tiongkok baik dalam bidang ekonomi, sains, dan teknologi. Menurutnya China sekarang menjadi salah satu kekuatan penting dalam hal tersebut sehingga cukup layak menjadi tujuan untuk melakukan studi.
“Dan pemerintah kami menyediakan beasiswa untuk itu,” katanya.
Terkait beasiswa tersebut, Wang Yonghui juga menjelaskan bahwa untuk persyaratannya, mereka juga tidak terlalu kaku dalam penerapannya. Menurutnya persyaratan beasiswa dari pemerintah Tiongkok cukup fleksibel dan pemerintah cukup terbuka menegosiasikan perihal persyaratan hal ini.
Akhirnya, pertemuan ini menyepakati beberapa poin penting, salah satunya terkait program beasiswa studi lanjut S-2 dan S-3 yang didanai oleh pemerintah China. Setidaknya 10 orang dosen akan dikirim untuk program studi lanjut S-3 melalui program ini. 10 orang alumni UIN SATU Tulungagung diproyeksikan juga akan melanjutkan program S-2 di Jiangxi University of Finance and Economics.(*)